Pembelajaran Al-quran di masa Rasulullah Saw
Sebelum adanya Mushaf, Rasulullah Saw mengajarkan dan mentransmisikan
al-qur’an dengan cara membacanya secara langsung kepada sahabat (musyafahah),
begitupun dengan sahabat metode yang sama mengajarkan al-qur’an antar sesama.
Pada waktu itu, Al-qur’an yang tertulis tidaklah mempunyai peranan penting yang
signifikan pada proses pembelajaran al-qur’an. Dar al-Arqam dan rumah Nabi Saw
menjadi tempat pembelajaran al-qur’an pada periode Mekkah, sedangkan pada
periode Madinah terdapat al-kuttab, shuffah, dan al-qurra dan masjid sebagai
pusat atau tempat mengaji al-qur’an. Beberapa sahabat ikut serta dan membantu
Nabi dalam menjalankan tugas yaitu mengajarkan al-qur’an.
Nabi Muhammad Saw merupakan guru terbaik ataupun pendidik terbaik
yang telah mampu dan sukses mengajarkan dan menggembleng atau membentuk
generasi terbaik umat islam, generasi sahabat. Bisa kita banyangkan bagaimana
jika ngenerasi sahabat tidak semangat dan aktif dalam menghafal dan mempelajari
al-qur’an dan hadis Nabi Muhammad Saw. Apakah kita dapat membaca kedua sumber
utama hukum islam ini?. Tentu tidak bukan. Oleh karenanya Nabi Muhammad ini
dikatakan sebagai suri tauladan dan rahmatan lill alamin.
Pada periode Mekkah, Aktifitas yang dilakukan Nabi
Muhammad selama berada di Makkah (Pra-Hijrah) hingga beliau melaksanakan hijrah
ke Madinah pada tahun 622 M. Periode ini merupakan masa pembinaan dan
pemantapan kedalam serta penyusunan kekuatan dakwah. Oleh karena itu
materi-materi dakwah pada periode ini menitikberatkan kepada masalah aqidah dan
keimanan. Hal ini berlandaskan pada fakta bahwa ayat-ayat al-qur’an yang di
turunkan pada periode ini berkaitan dengan masalah tersebut. Sebelum Nabi
Muhammad Saw menerima wahyu pertama, dengan hikmah dan rahmay dari Allah Swt,
Nabi Muhammad sudah melakukan semacam pemanasan atau persiapan. Hal demikian
bisa kita lihat ketika Nabi muhammad Saw melakukan tahap (Thannuts) yang dilakukannya
di gua Hira berlangsung beberapa hari bahkan minggu. Jika dihubungkan dengan proses tahfizal-Quran,
hal tersebut merupakan salah satu langkah ( khathwah) yang penting di dalamnya
yakni at-tahyi’ah an-nafsiyyah (persiapan mentalitas atau personalitas) dan
‘amaliyyah at-taskhîn wa at-tahmiyah (proses pemanasan) seperti dalam olah
raga, merupakan proses yang penting yang harus dilakukan oleh seseorang ketika
ingin menghafalkan al-qur’an.
Pada periode ini setelah Nabi menerima wahyu pertama di
gua Hira, kemudian Rasulullah saw diperintahkan untuk membacakan dan
menyampaikan al-qur’an kepada umatnya dengan pelan (tartil) hingga memudahkan
mereka untuk mendengar bacaan dan menghafalnya. Setelah itu para sahabat yang
telah menghafal ayat-ayat al-qur’an kemudiam menyebarkan apa yang dihafal
tersebut dan mengajakarkannya kepada anak-anak dan oramg lain yang tidak
menyaksikam ketika ayat-ayat tersebut turun kepada Nabi, dengan cara ini tidak
ada satu atau dua hari terlewat kecuali wahyu al-qur’an yang sudah di hafal
dalam dada sekian sahabat. Para sahabat as-sâbiqun ila al-islam adalah
orang-orang pertama yang mendengar dan mempelajari al-Quran dari Nabi, seperti
isterinya Khadijah, ‘Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan Abu Bakr ra.
Periode Madinah, Madinah pada masa pra-Islam
disebut Yatsrib. Setelah hijrah kota ini menjadi rumah Nabi Muhammad Saw,
beliau membeli tanah dan membangun masjid yang kemudian menjadi pusat
pendidikan. Di antara tempat-tempat pendidikan yang ada di Madinah
adalah :
Pertama, shuffah . Shuffah adalah merupakan
tempat melaksanakan aktifitas pendidikan. Tempat ini kemudian menyediakan
tempat khusus (pemondokan) bagi pendatang baru seperti (muhajirin) yang
terholong miskin dan tak memiliki tempat tinggal. Dari sinilah para sahabat
mengajarkan membaca dan menghafal al-qur’an secara benar, selain itu juga Nabi
Saw mengajarkan materi Hukum-hukum dalam islam. Pada masa ini ada sembilan
shuffah yang tersebar di kota Madinah, salah satunya berada di samping Masjid
Nabawi. Nabi kemudian mengangkan ‘Ubadah
bin ash-Shamit sebagai salah satu guru pada sekolah shuffah di Madinah. Dalam
sebuah riwayat dikatakan bahwa beliau pernah mengajar al-qur’an dan baca-tulis
kepada golongan dari ahl ash-shuffah. Sahabat lain yang mengajar di ash-shuffah
adalah ‘AbdAllahbin Sa‘id bin al-‘Ash mengajar bidang studi membaca dan
menulis. Ubay bin Ka‘b juga mengajar al-Quran di shuffah, bahkan di antara
tenaga pengajarnya terdapat beberapa tawanan perang Badr, yang dari itu kemudia
mereka disuruh mengajar peserta didik ash-suffah sebagai tebusannya. Jika
metode pembelajaran di Madinah kita bandingkan dengan pembelajaran di Dar
al-Arqam di Makkah, tentulah pembelajaran di ash-suffah lebih rapi dan
terorganisir. Hal tersebut disebabkan keadaan di Madinah jauh lebih stabil
dibanding ketika Nabimasih di Makkah, sehingga proses pembelajaran berjalan
dengan lancar.
Kedua, Dar al-Qurra’. Dar al-Qurra’ Merupakan rumah
para pembaca al-Quran. Semula ia merupakan rumah milik Makhramah bin Naufal,
namun tidak ada kejelasan apakah Dar al-Qurra’ini merupakan asrama bagi para
qari’, tempat belajar mereka atau tempattinggal sekaligus tempat belajar. Namun
yang akhir ini agaknya yang lebih mendekati kebenaran di antara nama sahabat
yang tinggal di rumah ini adalah Ibn Umm Maktum.
Ketiga, kuttab. Kuttab merupaka tempat belajar atau
dilangsungkannya kegiatan tulis-menulis, bentuk jamaknya katatib, biasanya
Kuttab ini dipakai sebagai tempat pendidikan yang dikhususkan bagi
anak-anak. Pada saat itu, ada beberapa kuttab di Madinah. Ahmad
Syalabi membedakan antara kuttab yang khusus untuk mengajar anak-anak baca
tulis dan kuttab yang digunakan untuk mengaji al-quran dan dasar-dasar agama.
Sebenarnya, Kuttab yang digunakan
untuk belajar baca tulis sudah ada sebelum Islam, walaupun kuttab
semacam ini
masih sangat sedikit, seperti dalam sebuah riwayat bahwa ada sejumlah orang
Yahudi yang mengajar menulis Arab, dan pada masa-masa awal anak-anak di Madinah
juga belajar menulis, sedangkan kuttab yang digunakan untuk mengaji al-Quran
muncul kira-kira sesudah masa al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi. (sumber:
Abdul jalil, sejarah pembelajaran al-qur’an di masa Nabi Muhammad saw, jurnal
INSANIA Vol 18, No. 1, Januari-April 2013)
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak dan santun, karna komentar yang membangun dapat membuat penulis menjadi lebih baik kedepannya.