Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2022

Nabi Muhammad Buta Huruf (Makna kata al-Ummi)

  Judul : Nabi Muhammad Buta Huruf Nabi Muhammad Saw yang Ummi atau buta huruf menjadi perbincangan mendalam tentang kebenarannya. Sebagian beranggapan bahwa Memang Nabi Muhammad itu Ummi (Buta huruf) dengan klaim berlandaskan kepada Ayat Al-Qur’an. الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ Yaitu orang-orang yang mengikuti rasul, sang nabi yang ummi, yang mereka jumpai keterangan tertulis dalam kitab taurat dan injil yang ada di tengah mereka.  (QS. al-A’raf: 157) Kemudian dikatakan bahwa Nabi itu buta huruf agar Al-Qur’an terhindar dari fitnah bahwa Nabi Muhammad Saw sendiri lah yang membuat Al-Qur’an itu. Namun sebagian muslim lain tidak sepakat dengan hal seperti itu karena, Jika benar   bahwa Nabi Muhammad itu buta huruf, maka sebagai ummat Islam yang kritis akan mengatakan bahwa buat apa kita mengikuti Nabi yang buta Huruf bukankan seharusnya seorang Nabi yang menjadi waki

Pluralisme Agama Perspektif Sayyid Husein Fadlullah

Pluralisme Agama Perspektif Sayyid Husein Fadlullah dalam Tafsir Min Wahyil Qur'an Mungkin kita pernah mendengar di luar sana sebagian orang berkata bahwa Agama yang diterima di sisi Allah itu adalah Agama Islam sesuai al-Qur’an Surah Ali-Imran ayat 19 berikut : اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ Terjemahan : “Sesungguhnya Agama yang diterima disisi Allah Swt adalah Islam” Dengan klaim ayat di atas kemudian sebagian orang Islam beranggapan bahwa Agama selain daripada Islam itu tidak akan diterima di sisi Allah Swt dan tempatnya di Neraka. Jika begitu, tidak mengherankan di Indonesia misalnya banyak terjadi aksi kekerasan antar umat beragama contoh misalnya baru-baru ini kita dikagetkan dengan adanya aksi bom bunuh diri disalah satu gereja yang ada di Makassar Sulawesi Selatan dan masih banyak lagi kasus yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu.  Nah, apa sebenarnya yang menyebabkan hal ini terjadi? Apakah memang satu-satunya Agama yang diterima di sisi Allah Swt adalah

Hadis Pada Abad III Pasca Tadwin

  Hadis Pada Abad III Pasca Tadwin 1.      Hadits Pada Masa Kodifikasi Pada masa ini dikenal dengan sebutan ‘ ashruttajridi watthsrih watanqih ‘ “( عصر التجريد والتصريح والتنقييح )”, yaitu disebut dengan masa penyaringan dan pensyarahan hadits” Hal ini berlangsung ketika kursi pemerintahan di pegang oleh dinasti Abbasiyyah, terutama di zaman al-Ma’mun sampai al-Muqtadir (201-300 H). Penyaringan dan pensyarahan ini terjadi karena dimasa sebelumnya (yaitu tadwin), pemisahan beberapa hadits mauquf dan maqhtu dari hadits marfu, ataupun hadits marfu, ataupun hadits dha’if dari hadits shahih, belum berhasil dilakukan. Bahkan, dimasa tersebut hadits maudhu dan hadits shahih campur aduk [1] . Kegiatan kodifikasi hadits pada masa ini dipimpin oleh Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz (99-101 H), melalui instruksinya kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (gubernur madinah). Para ulama madinah agar memperhatikan dan mengumpulkan hadits dari para penghafal. Khalifah memberikan instruks

Tafsir Al-Jailani

  Syaikh Abdul Qadir Jailani adalah seorang ulama sufi. Gelarnya adalah Sultan al-Auliya (Rajanya para Wali). Al-Jailani dilahirkan di desa Naif, negeri Jailian. Sebuah desa terpencil yang ada di belakang Tabaristan, Iran. Al-Jailani lahir pada tanggal 1 Ramadhan 470 H /1077 M. Pengertian tasawuf menurut Jailani adalah percaya kepada yang Haqq (Allah) dan berperilaku baik kepada makhluk. Bagi Jailani tasawuf dibangun atas 8 pilar : dermawan, ridha, sabar, memperbanyak ibadah, mengasingkan diri atau   ‘uzlah, kebersihan hati, hijrah dan kefakiran. Tafsir al-Jailani diterbitkan oleh Markaz al-jailani li al-Buhus al-Ilmiyyah tahun 2009. Penisbatan tafsir ini menjadi paradoks karena terdapat beberapa perbedaan pandangan yang menyebutkan tidak adanya kitab tafsir yang secara utuh karya al-jailani. Tetapi menurut Taha Zaidan yang di kemukakan oleh Khairudin al-Zirkili (1893-1976) dalam al-A’lam. Ia mengatakan bahwa tafsir al-Jailani yang memiliki nama tafsir al-Fawâtih al-Ilahiyah wa al-

Tafsir Sufi Al-Imam Abdul Karim bin Khawazan Al-Qusyairi

Tafsir Sufi   yang Dikarang Oleh Al Imam Abdul Karim bin Khawazan Al_Qusyairi yang berjudul Latha If Al Isyarat Latha If Al Isyarat ini berarti halusan-halusan syarat-syarat sebuah tafsir yang diuji oleh para peneliti ilmu tafsir dan ilmu-ilmu al-Qur’an, karena tafsir ini tidak memiliki kekurangan seperti tafsir al-Qur’an yang dinisbatkan kepada Sahl bin Abdullah Tustari. Dimana tafsir tersebut tidak menafsirkan secara keseluruhan. Tafsir Lathaif al Isyarat ini tidak meiliki kekurangan seperti yang dimliki oleh haqaiq at-Tasir karya As-Sulami yang dicela oleh beberapa peneliti dan beberapa ahli tafsir. Misalnya, seperti yang dicapkan al Wahidi, disebutkan bahwa asulami dikabarkan menulis kitan yang disebut sebagai lathaif ata tafsir.  Latha if al isyarat ini selamat dari dua hal yaitu, dari sisi bahwa dia merupakan tafsir yang cukup besar sehingga memuat keseluruhan dari ayat-ayat al-Qur’an. Yang kedua adalah, tafsir ini betul-betul selamat dari penafsiran-penafsiran yang keluar da

Pembelajaran Al-quran di masa Rasulullah Saw

  Pembelajaran Al-quran di masa Rasulullah Saw Sebelum adanya Mushaf, Rasulullah Saw mengajarkan dan mentransmisikan al-qur’an dengan cara membacanya secara langsung kepada sahabat (musyafahah), begitupun dengan sahabat metode yang sama mengajarkan al-qur’an antar sesama. Pada waktu itu, Al-qur’an yang tertulis tidaklah mempunyai peranan penting yang signifikan pada proses pembelajaran al-qur’an. Dar al-Arqam dan rumah Nabi Saw menjadi tempat pembelajaran al-qur’an pada periode Mekkah, sedangkan pada periode Madinah terdapat al-kuttab, shuffah, dan al-qurra dan masjid sebagai pusat atau tempat mengaji al-qur’an. Beberapa sahabat ikut serta dan membantu Nabi dalam menjalankan tugas yaitu mengajarkan al-qur’an.   Nabi Muhammad Saw merupakan guru terbaik ataupun pendidik terbaik yang telah mampu dan sukses mengajarkan dan menggembleng atau membentuk generasi terbaik umat islam, generasi sahabat. Bisa kita banyangkan bagaimana jika ngenerasi sahabat tidak semangat dan aktif dalam men

Cinta Menurut Allamah Thabathaba'i

Menurutnya, ada sekelompok orang yang menyatakan bahwa cinta kepada Allah itu tidak bisa dikarenakan cinta itu adalah sifat yang terkait dengan syahwat dan jelas syahwat itu berhubungan dengan sesuatu yang memiliki fisik (jasmani) dan tentu ini tidak bisa kepada Allah Swt karena dia bukanlah jasmani. Maka, cinta menurut kelompok ini adalah ketaatan, patuh, tunduk akan segala perintah Allah Swt serta menjauhi segala larangannya. Tapi, menurut Thabathaba’i mengenai ayat “Yuhibbunakum kahubbilah” maka menurutnya cinta itu benar-benar kepada Allah dan cinta itu ada kepada Allah dan sifatnya hakiki bukanlah sesuatu yang majaz atau metafora. Karena menurutnya orang-orang yang beriman itu sangatlah kuat atau dalam cintanya kepada Allah jelas bagi seorang Thabathaba’i itu bukanlah yang sifatnya majaz atau metafora. Bagi Thabathaba’i beliau mendefinisikan cinta itu adalah segala yang terkait dengan aspek emosi kita, apapun itu baik cinta kepada pengetahuan, harta, jabatan, lawan jenis, makanan

Takhrij Hadis Ghadir Khum

  TAKHRIJ HADIS GHADIR KHUM       Proses penelusuran secara digital menggunakan maktaba syamilah (المكتبة الشامل) terhadap Hadis Ghadir Khum dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. klik tab search (بحث) kemudian muncul jendela البحث شاشة 2. selanjutnya pilih بحث في النصوص memasukan kalimat من كنت مولاه   pada kolom اخبث عن جميع هذه العبارت 3. selanjutnya pilih kitab al-Mutun dan kitab al-Takhrij dan centang/klik pilihan كلها المجموعة 4. langkah selanjutnya adalah klik tab   تنفيد البحث Dari proses pencarian tersebut maka di peroleh lah hasil bahwa hadis tersebut mashadir ashliyah sebagai berikut : Sunan Ibnu Majah, Sunan Tirmidzi, Musnad Ahmad bin Hambal, dan banyak kitab hadis yang redaksi matannya serupa. Namun pada kesempatan kali ini kami hanya melakukan penelitian terhadap sebuah hadis ghadir khum melalui jalur periwayatan Sunan Ibnu Majah, berikut redaksinya : 1.       Sanad dan matan riwayat Ibnu Majah Nomor 121 حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَ

Kitab tafsir ‘Arais al-Bayan fi Haqaiq Al-Qur’an

  Biografi Syeikh Ruzbihin Al-Baqli seorang mutakallim dan ahli tafsir. Beliau sebenarnya memiliki tafsir selain Ar-Rais Al-Bayan, yaitu tafsir yang kurang akrab di tengah-tengah kita yaitu tafsir Lataif Al-Bayan. Bukan hanya memiliki tafsir Isyari, tetapi memiliki prinsip-prinsip dari ahli zahir. Beliau seorang faqih dari madzhab syafii.   Beliau ini dapat dikatakan sebagai seorang penyair sekaligus seorang sufi besar sekitar abad ke-12 yang memiliki nama lengkap Muhammad Ruzbihin Ibn Abi Nashr Al-Baqli Al-Syirazi. Ruzbihin Al-Baqli juga berguru kepada bebeerapa tokoh sufi besar pada masanya seperti Syaikh Jamal Al-Din Abu Al-Wafa Al-Fasa’i, Syaikh Abu Al-Safa’a Al-Wasiti, Syaikh Jagir Kurdi, Syaikh Qiwam Al-Din Suhrawardi, Syaikh Fakhr Al-Din ibn Maryam, Syaikh Arshad Al-Din Nayrizi.   Karya-karya Ruzbihin Al-Baqli   Selama hidupnya Al-Baqli telah meninggalkan banyak karya tulis di berbagai bidang keilmuan Islam. Syaraf Al-Din dalam magnum opusnya bahwa Tuhfat Ahl A