Biografi
Syeikh Ruzbihin Al-Baqli seorang mutakallim dan ahli tafsir. Beliau
sebenarnya memiliki tafsir selain Ar-Rais Al-Bayan, yaitu tafsir yang kurang
akrab di tengah-tengah kita yaitu tafsir Lataif Al-Bayan. Bukan hanya memiliki
tafsir Isyari, tetapi memiliki prinsip-prinsip dari ahli zahir. Beliau seorang
faqih dari madzhab syafii.
Beliau ini dapat dikatakan sebagai seorang penyair sekaligus
seorang sufi besar sekitar abad ke-12 yang memiliki nama lengkap Muhammad
Ruzbihin Ibn Abi Nashr Al-Baqli Al-Syirazi. Ruzbihin Al-Baqli juga berguru
kepada bebeerapa tokoh sufi besar pada masanya seperti Syaikh Jamal Al-Din Abu
Al-Wafa Al-Fasa’i, Syaikh Abu Al-Safa’a Al-Wasiti, Syaikh Jagir Kurdi, Syaikh
Qiwam Al-Din Suhrawardi, Syaikh Fakhr Al-Din ibn Maryam, Syaikh Arshad Al-Din
Nayrizi.
Karya-karya Ruzbihin Al-Baqli
Selama hidupnya Al-Baqli telah meninggalkan banyak karya tulis di
berbagai bidang keilmuan Islam. Syaraf Al-Din dalam magnum opusnya bahwa Tuhfat
Ahl Al-Irfan menyampaikan bahwa total keseluruhan karya dari Ruzbihin Al-Baqli
mencapai 60 karya tulis yang mencakup bidang ilmu tafsir, hadis, fiqih,
tasawuf, dan syair. Hingga saat ini, dari banyaknya karya tersebut yang sampai
di era kita saat ini hanya beberapa manuskrip saja. Beberapa manuskrip tersebut
ada yang sudah dicetak ulang dan ditahqiq. Menurut hasil penelitian Ivanow, Massignon,
Corbin dan Mu’in bahwa karya Ruzbihin Al-Baqli yang masih beredar dan dapat
diakases antara lain :
1.
Arais Al-Bayan fi Haqaiq Al-Qur’an
2.
Mantiq Al-Asrar bi Bayan Al-Anwar
3.
Syarh Al-Thawasin
4.
Kasyf Al-Asrar wa Mukasyafat
Al-Anwar
5.
Siyar AL-Arwah
6.
Risalah AL-Uns fi Ruh Al-Quds
7.
Ghalathat al-Salikin
8.
Abhar Al-Asyiqin
9.
Syarh Al-Hujub
10. Al-Maknun fi Haqaiq Al-Kalim Al-Nabawiyyah
11. Masyrab Al-Arwah.
Al-Qur’an itu adalah firman Tuhan yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril, sebagaimana yang dinyatakan
dalam QS. Asy-Syura ayat 193 “ Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin yaitu
jibril. Berdasarkan ketentuan ini dapat dipahami bahwa firman Tuhan yang
diturunkan kepada selain Nabi Muhammad Saw bukanlah dikatakan Al-Qur’an.
Demikian juga ucapan Nabi Muhammad yang dikenal hadis atau wahyu-wahyu yang
beliau terima diluar cara penyampaian Al-Qur’an oleh malaikat jibril, seperti
hadis Qudsi juga bukanlah Al-Qur’an, walaupun hadis-hadis itu sebenarnya juga
berasal dari wahyu Tuhan, sebagaimana disebutkan Tuhan dalam firman-Nya di QS.
An-Najm ayat 3-4. “Dan tiadalah yang diucapakan itu Al-Qur’an menurut hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. Di
beberapa ayat Al-Qur’an, Tuhan juga menyifatkan Al-Qur’an dengan hadis, antara
lain seperti dilukiskannya dalam surah An-Nisa ayat 87” Dan siapakah orang yang
lebih benar perkataannya daripada Allah. Al-Qur’an itu diturunkan dalam
menggunakan bahasa Arab. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya yakni bacaan dalam
bahasa Arab untuk kaum yang mengetahui yang membawa khabar gembira dan membawa
peringatan. Al-Qur’an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur,
bertahap-dei tahapan bukan secara sekaligus, sesuai dengan peristiwa dan
tuntunan baik bersifat individual atau sosial kemasyarakatan waktu itu.
Al-Qur’an itu disampaikan seara mutawatir artinya diriwayatkan oleh orang
banyak diterima dari orang banyak, disampaikan kepada orang banyak sehingga
mustahil menurut akal sehar mereka yang menyampaikan maupun yang menerimanya
sepakat untuk berdusta untuk menyampaikan yang tidak berasa dari Rasulullah
SAW. Dengan demikian, keaslian dan kemurniaan Al-Qur’an tetap terjamin
sepanjang masa, karena ia telah dihafal dan ditulis oleh umat Islam sejak masa
hidup Rasulullah hingga sekarang, dan persis sama dengan Al-Qur’an yang
diwahyukan Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW. berbeda dengan kitab-kitab suci
lainnya seperti Injil yang ada sekarang, tidak lagi dapat diyakini sebagai
kitab suci, karena baru ditulis jauh sesudah wafatnya Nabi Isa oleh orang-orang
yang tidak pernah menerima dan bertemu langsung dengan Nabi Isa tersebut,
karena ada rekaya manusia di dalamnya. Sedangkan Al-Qur’an itu seluruhnya
bahkans setiap surah dari padanya adalah menjadi mukjizat yaitu melemahkan bagi
pihak-pihak yang menantangnya, dan tidak seorang pun yang dapat
menandinginya.
Syekh Ruzbihin Al-Baqli memiliki pandangan sifat Dzati Isyq yaitu
cinta, kehendak, iradah. Sesungguhnya Allah SWT memiliki sifat qadim, azali dan
diantara sifat-sifat Allah yaitu memiliki sifat Isyq perihal cinta yang kuat.
Maka, Allah sebagai subjek mencintai dan objek yang dicintai.
Azzahabi memberikan komentar terhadap Ar-rais Al-bayan yaitu
Ar-Rais Al-Bayan karya Ruzbihin Al-Baqli. Pengarang kitab tafsir ini lebih
mengutamakan tafsir isyari. Meskipun Ruzbihin Al-Baqli dalam muqaddimah
mengakui adanya aspek zahir dari teks ayat-ayat Al-Qur’an, dan ada aspek esoteris
dari ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi Ruzbihin AL-Baqli fokus pada menyingkap makna
bathin dari ayat-ayat Al-Qur’an. Dan yang dikritik oleh Adz-Dzahabi yaitu
ketika kitab tafsir yang dinisbatkan pada Ruzbihin Al-Baqlo dengan magnum
opusnya yaitu Ar-Rais Al-Bayan diungkapkan sebagai tafsir yang dikehendaki oleh
Allah SWT sebagai pemiliki teks ayat Al-Qur’an.
Dan Ruzbihin Al-Baqli lebih mengedepankan pada makna bathin tanpa
mengindahkan makna lahiriah ayat. Karena ayat-ayat Al-Qur’an memuat banyak
lapisan makna. Dan penafsiran ayat yang dilakukan oleh Ruzbihin Al-Baqli ini
tidak lepas dari pengalaman ruhani atau isyarat-isyarat sufistik.
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak dan santun, karna komentar yang membangun dapat membuat penulis menjadi lebih baik kedepannya.