Judul
: Nabi Muhammad Buta Huruf
Nabi
Muhammad Saw yang Ummi atau buta huruf menjadi perbincangan mendalam tentang
kebenarannya. Sebagian beranggapan bahwa Memang Nabi Muhammad itu Ummi (Buta
huruf) dengan klaim berlandaskan kepada Ayat Al-Qur’an.
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ
النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي
يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا
عِنْدَهُمْ فِي
التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ
Yaitu orang-orang
yang mengikuti rasul, sang nabi yang ummi, yang mereka jumpai keterangan
tertulis dalam kitab taurat dan injil yang ada di tengah mereka. (QS. al-A’raf:
157)
Kemudian
dikatakan bahwa Nabi itu buta huruf agar Al-Qur’an terhindar dari fitnah bahwa
Nabi Muhammad Saw sendiri lah yang membuat Al-Qur’an itu. Namun sebagian muslim
lain tidak sepakat dengan hal seperti itu karena, Jika benar bahwa Nabi Muhammad itu buta huruf, maka
sebagai ummat Islam yang kritis akan mengatakan bahwa buat apa kita mengikuti
Nabi yang buta Huruf bukankan seharusnya seorang Nabi yang menjadi wakil Allah
swt di bumi itu terhindar dari kejahilan. Oleh karenanya dalam tulisan ini
penulis mencoba menggali makna tentang (Ummi) ini.
Menurut
Ustad Babul Ulum dalam bukunya berjudul (Al-Muawiyat) terkait dengan ke-ummi-an
Nabi Muhammad yang menurut mainstream untuk mendukung kemukjizatan
Al-Qur’an, agar masyarakat Arab tidak menuduh Al-Qur’an buatan Muhammad,
menurutnya argumentasi seperti itu sumir. Al-Qur’an adalah kalam Allah
yang mengandung nilai sastra tingkat tinggi. Tidak ada syair, prosa, puisi Arab
yang mampu menandingi kandungan sastra Al-Qur’an walau dalam tingkat elementer.
Seorang sastrawan par excellence sekalipun tak akan mampu membuat karya
sastra sekelas Al-Qur’an. Jangankan setingkat Al-Qur’an, tidak semua orang yang
bisa baca tulis mampu membuat puisi seindah karya WS Rendra, misalnya, atau
Mustofa Bishri, atau Emha Ainun Nadjib. Dalam bahasa mahasiswa Ciputat, tidak
semua mahasiswa pasca mampu m3mbuat disertasi sebagus Fuad Jabali.
Makna
kata Al-Ummi
1.
Kata al-Ummi bukan sebagai buta huruf,
sebagaimana dipahami oleh mayoritas umat Islam. Ustad Babul Ulum mengatakan
bahwa kata al-Ummi itu di maknai sebagai tidak membaca kitab suci yang
turun dari langit. Oleh karena itu, jawaban Nabi kepada Jibril: “Ma ana bi
qari” artinya bukan saya tidak bisa membaca tapi saya tidak membaca kitab.
Kitab apa? The holy scriptures (kitab suci). Nabi menjawab seperti itu
karena memang beliau memang beliau tidak tahu apa yang harus di baca, bukan
tidak bisa membaca. Karena pada faktanya memang Nabi Muhammad tidak membaca
kitab suci yang di turunkan kepada para Nabi sebelumnya.
Jadi al-ummi artinya orang yang tidak membaca kitab
suci bukan orang yang tidak bisa membaca. Lawan al-ummi adalah yang
membaca kitab suci atau yang kepadanya di berikan Al-Kitab. Dalam al-Qur’ab ada
ayat yang berbunyi : Wa qul lil-ladzina utul kitab wa al-ummiyyin
a’aslamatum (katakanlah kepada mereka yang di beri Alkitab dan mereka yang
ummi). Dalam ayat ini, kata ummi di hadapkan kepada mereka yang
kepadanya di turunkan al-kitab (al-ladzina utu al-kitab).
2.
An-Nabi al-ummi bisa juga berarti nabi
yang berasal dari ummu al-qura : induknya desa-desa, nama lain dari Kota
Makkah. Untuk memahami hal ini, mari kita lihat sejarah dari kota Makkah.
Sebelum Nabi Ibrahim datang dengan membawa Nabi Ismail beserta ibunya, Hajar,
di tempat yang umat Islam sekarang menyebutnya Kota Makkah itu, tidak ada
kehidupan. Ismail dan Hajar adalah dua manusia pertama yang mendiami tempat
tempat tak berpenduduk tersebut. Dalam perjanjian lama di sebut sebagai padang
Gurun Bersyeba.
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak dan santun, karna komentar yang membangun dapat membuat penulis menjadi lebih baik kedepannya.