Skip to main content

Hadis Pada Abad III Pasca Tadwin

 

Hadis Pada Abad III Pasca Tadwin

1.     Hadits Pada Masa Kodifikasi

Pada masa ini dikenal dengan sebutan ‘ashruttajridi watthsrih watanqih ‘ “( عصر التجريد والتصريح والتنقييح)”, yaitu disebut dengan masa penyaringan dan pensyarahan hadits” Hal ini berlangsung ketika kursi pemerintahan di pegang oleh dinasti Abbasiyyah, terutama di zaman al-Ma’mun sampai al-Muqtadir (201-300 H). Penyaringan dan pensyarahan ini terjadi karena dimasa sebelumnya (yaitu tadwin), pemisahan beberapa hadits mauquf dan maqhtu dari hadits marfu, ataupun hadits marfu, ataupun hadits dha’if dari hadits shahih, belum berhasil dilakukan. Bahkan, dimasa tersebut hadits maudhu dan hadits shahih campur aduk[1].

Kegiatan kodifikasi hadits pada masa ini dipimpin oleh Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz (99-101 H), melalui instruksinya kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (gubernur madinah). Para ulama madinah agar memperhatikan dan mengumpulkan hadits dari para penghafal. Khalifah memberikan instruksi kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (wafat 117 H) agar mengumpulkan hadits-hadits yang ada pada ‘Amrah binti ‘Abd al-Rahman al-Ansari, murid kepercayaan ‘Aisyah, dan al-Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr (wafat 107 H). Instruksi yang sama ia tunjukan juga kepada Muhammad bin Syihab al-Zuhri (wafat 124), yang dinilainya sebagai orang yang lebih banyak mengetahui hadits daripada yang lain. Dari sinilah para ulama mengambil kodifikasi secara resmi dilakukan.

2.     Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi terjadinya Kodifikasi Hadits pada Masa ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz’.

Menurut Muhammad al-Zafzaf, kodifikasi Hadits dilakukan karena adanya beberapa hal;

1.     Para Ulama Hadits telah tersebar ke berbagai negri dan di khawatirkan Hadits akan hilang bersama wafatnya mereka, sementara itu generasi penerus diperkirakan tidak menaruh perhatian khusu kepada Hadits.

2.     Banyak berita yang di ada-adakan oleh pelaku bid’ah (al-mubtadi), seperti khawarij, Rafidah, Syi’ah dan lain-lain yang berupa hadis-hadis palsu.

Periwayatan hadits pada masa ini banyak diwarnai dengan hadits palsu dan bid’ah, yang berasal dari kalangan-kalangan khawarij syi’ah, orang-orang munafik, serta orang-orang yahudi.Oleh karena itu para periwayat Hadits sangat hati-hati dalam menerima dan menyampaikan hadits.

Perintah ‘Umar tersebut di respon positif oleh umat islam sehongga terkumpul beberapa catatan-catatan hadits. Hasil catatan dan penghimpunan hadits berbeda antar ulama yang satu dengan yang lain. Abu bakar ibn hazm berhasil menghimpun hadits dalam jumlah, yang menurut para ulama kurang lengkap, sedang ibn Syihab al-Zuhri berhasil menghimpun lebih lengkap. Walaupun demikian kitab himpunan Hadits-hadits mereka tidak ada yang sampai kepada kita sekarang. Ulama setelah al-Zuhuri yang berhasil menyusun kitab Tadwin yang bisa diwariskan kepada generasi sekarang, adalah milik Ibn Anas (93-179 H), di madinah, dengan hasil karyanya di beri nama al-muwatta, yang selesai disusun pada tahun 143 H. Dan merupakan kitab hasil kodifikasi pertama. Kitab ini selain mengandung kitab marfu, yaitu hadits yang disandarkan pada Nabi juga berisi pendapat para sahabat (hadits mauquf) dan pendapat para tabi’in (hadits maqtu).

Selai para ulama diatas, terdapat banyak ulama lain yang juga melakukan kodifikasi hadits. Di antara mereka adalah Muhammad ibn ishaq (wafat 151 H), di madinah, Ibn Juraij (80-150 H), di mekkah, Ibn Abi Dzi’b (80-185H),

3.   Hadits Pada Masa Seleksi

 

Masa seleksi hadits atau penyaringan adalah masa ketika para mudawwin hadis melakukan seleksi hadits secara ketat, sebagai kelanjutan dari upaya para ulama sebelumnya yang telah berhasil melahirkan suatu kitab tadwin. Masa ini dimulai sekitar akhir abad II atau awal abad III Hijriah, atau ketika pemerintahan dipegang oleh dinasti Abbasiyyah, khususnya masa al-makmun sampai dengan akhir abad III atau awal abad IV, masa al-muktadir. Munculnya periode seleksi ini karena pada periode tadwin belum berhasil  dipisahkan beberapa hadits yang berasal dari sahabat (mauquf) dan dari tabiin (maqtu) dan dari Nabi (marfu). Begitu pun dengan hadits da’if belum bisa dipisahkan dari Hadits shahih dan masa ini disebut dengan masa penerimaan, mentashihan, dan penyempurnaan).

 

Dilihat dari sisi politik, Daulah Bani Abbasiyah yang berpusat di baghdad pada masa ini mengalami kemunduran. Banyak wilayah yang membebaskan diri hingga terbentuk dinasti-dinasti kecil, sehingga kekuatan islam lemah, gerakan keilmuan tetap berjalan sebagaimana masa-masa sebelumnya. Para ulama melakukan perjalanan (al-rihlah) dari satu daerah ke daerah lain dalam rangka menyebarkan ilmu yang mereka miliki. Mereka saling bertemu dan saling menerima periwayatan Hadits. Kemudian, Hadits yang mereka terima ditshihkan kepada para ulama yang kompeten.

 

Kitab-kitab yang di susun pada masa ini sangatlah banyak. Di antaranya shahih al-Bukhari karya Imam al-Bukhari, shahih Muslim karya Imam Muslim, beberapa kitab al-sunan antara lain, sunan Abi-Dawud karya Abu Dawud al-sijistani (wafat 275 H), Sunan al-Tirmidhi oleh al-Tirmidhi (wafat 279 H), Sunan al-Nasai karya al-Nasai (wafat 303 H), Sunan Ibn-Majah oleh Ibn Majah (wafat 273 H), Sunan al-Darimi (wafat 255 H), dan sunan Sa’id ibn al-Mansur oleh Sa’id ibn al-Mansur (wafat 227 H). Pada masa ini para ulama bersungguh-sungguh mengadakan penyaringan hadits yang mereka terima. Mereka berhasil memisahkan hadits-hadits yang da’if dari yang shahih dan hadits-hadits mauquf dan yang maqtu dari yang marfu, meskipun berdasarkan penelitian para ulama berikutnya masih ditemukan tersisipkanya hadits-hadits yang da’if  pada kitab-kitab shahih.

 

Pada masa ini para ulama tidak membukukan hadits dengan menukil kitab lain. Mereka membukukan Hadits berdasarkan Hadits-hadits yang diterima dati para periwayat. Selain menyusun kitab-kitab yang berisi teori-teori untuk mentashih Hadits. Para ulama antusias menulis ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hadits, ada yang mengarang kitab tentang sejarah periwayat, illat hadits, dan lain-lain. Secara umum abad ketiga ini merupakan masa keemasan dalam peradaban islam, termasuk di dalamnya Hadis, fikih, dan bidang-bidang lain.

 

 

 



[1]

Comments

Popular posts from this blog

Sumber Kerusakan Sistem Kelistrikan Sepeda Motor

Sumber Kerusakan Sistem Kelistrikan Sepeda Motor Tabel dibawah ini menguraikan permasalahan atau kerusakan sistem kelistrikan yang umum terjadi pada sepeda motor, untuk diketahui kemungkinan penyebabnya dan menentukan jalan keluarnya atau penanganannya (solusinya). Permasalahan Kemungkinan Penyebab Solusi (jalan keluar) Terdapat selubung putih (sulfasi) pada baterai Kapasitas cairan yang menurun telah bereaksi dan berat jenisnya (BJ) rendah atau tinggi Isi cairan baterai sampai batas yang ditentukan dan sesuaikan B-nya Kapasitas pengisian yang terlalu tinggi atau rendah (bila baterai tidak terpakai maka harus di charge (disetrum) minimal sebulan sekali untuk menghindari sulfasi) Ganti (bila perlu) Baterai tersimpan lama di tempat yang dingin Ganti bila sudah terlalu usang Kapasitas batera cepat menurun Sistem/cara pengisian tidak benar Periksa rangkaian sistem pengisian,

Pemeriksaan Dan Perbaikan Sistem Kelistrikan Sepeda Motor

Pemeriksaan Dan Perbaikan Sistem Kelistrikan Sepeda Motor a. Peringatan Umum  1. Baterai mengeluarkan gas-gas yang gampang meledak, jauhkn dari api dan sediakan ventilasi yang cukup pada saat mengisi baterai. 2. Hindari kulit atau kontak mata dengan cairan elektrolit baterai karena dapat menyebabkan luka bakar. 3. Selalu matikan kunci kontak sebelum memutuskan hubungan antara komponen listrik. 4. Baterai dapat rusak jika diisi kelebihan atau kekurangan, apalagi dibiarkan tidak diisi dalam jangka waktu yang lama. 5. isilah baterai setiap 2 kali seminggu untuk mencegah pembentukan sulfat, karena tegangan (voltage) baterai akan berkuran sendiri pada saat sepeda motor tidak digunakan. b. Konektor (sambungan) 1. Pada saat memasang sambungan, tekanlah sampai terdengar bunyi "klik" 2. Periksa sambungan dari kerenggangan, keretakan, kerusakan pembungkusnya, berkarat, kotoran dan uap air. c. Sekring (Fuse) 1. Jangan menggunakan

Tune Up Sepeda Motor Honda Revo Tugas Terakhir Sekolah TSM

Tune Up Sepeda Motor Honda Revo Tugas Terakhir Sekolah TSM SIAPKAN PERALATAN KERJA 1. Tool Set 2. Alat Ukur : Tune up tester, Radiator 3. Perlengkapan servis : Kompressor, air gun dan kain lap bersih. PEKERJAAN SAAT MESIN DINGIN 1. Minyak pelumas 2. Sistem pendingin 3. Sistem pengapian PEKERJAAN SAAT MESIN PANAS 1. Putaran Idle 2. Saat pengapian PENGERJAAN SETELAH MESIN DIPANASKAN 1. Celah katup 2. Kerja karburator 3. Stel putaran idle 4. Kompresi 5. Tes jalan Langkah Pembongkaran Dan Pemeriksaan Pada Bagian Mesin: A. Minyak pelumas  Alat-alat yang di gunakan  1. Tang 2. Talang/wadah tempat pembuangan oli mati 3. Corong   4. Kunci Ring 17 Langkah Pemeriksaan Minyak Pelumas/oli: 1. Tarik batang penguku, lap ujungnya dan kembali masukan 2. Tarik kembali dan periksa volume oli diantara full dan low) serta kualitas oli dengan melihat warna dan kepekaan oli 3. Lihat perubahan warna dan kepekaan oli. Langkah Pem